Kalo ngomong soal kesukaan dan hobby, mungkin gue akan
ngejawab makan, tidur, liat Spongebob Squarepants dan melakukan hal-hal yang membuat gue tetap
bertahan hidup. Tapi disamping hobby gue yang barusan gue sebutin, gue punya
hobby yang lebih spesifik yang merupakan salah satu keahlian gue selain main
boneka dan masak-masakan. Gue hobby main gitar. Gue main gitar bukan buat
bertahan hidup atau buat bikin video terus di upload ke Youtube supaya banyak
yang liat gitu sih, melainkan gue main gitar buat menyenangkan diri sendiri
sebagai penghibur gue ditengah peliknya kehidupan yang gue jalanin saat ini.
Gue mulai main gitar berawal dari ide gila yang muncul dari
teman gue sewaktu SD dulu. Kejadian itu bermula disaat mendekati perpisahan di
SD gue ditempat yang lebih terpencil dari SMA gue (SMA nya aja udah terpencil, gimana yang lebih?). Waktu itu
kira-kira kejadiannya begini.
-Kejadian-
Disuatu hari seorang kawan gue, sebut saja Mawar. Memberi
tahukan kepada anak-anak kelas 6 bahwa 2 bulan lagi ada perpisahan sekolah dan
bagi anak kelas 6 di sarankan untuk menampilkan sesuatu pada saat acara
perpisahan agar membuat kesan pada adik kelas dan guru-guru yang sudah
bersama-sama kurang lebih untuk waktu 6 tahun. Si Mawar ngasih tau berita ini
dengan semangat Ibu-ibu liat tulisan Diskon 70%.
Mawar: Kawan-kawan seperjuanganku yang kuper. Kira-kira 2
bulan lagi kita harus dihadapkan dengan sesuatu yang paling menyakitkan didunia
ini. Ya (menghela nafas panjang)...
perpisahan.
Seisi kelas tak ada yang memperhatikan dan asik dengan
kesibukannya masing masing. Ada yang tiduran, yang cewek pada nge gosip, ada
yang main takraw di kelas, dan ada pula
yang main layangan di ruangan itu. Pokoknya disitu lengkap lah, ada juga yang
jualan Jepet rambut yang harganya mulai dari Rp 2.500-5.000 an aja. Ada paket
hemat juga. Dan bisa pesan antar pula. Tinggal calling aja ke..... WOOOY JANGAN NGE SALES DI SINI !!
*kemudian digebukin penonton*
Oke balik lagi ke Mawar yang yang dengan semangat nya itu masih
melanjutkan pemberitahuan nya kepada teman-teman nya.
Mawar: Oleh karena itu, marilah kita membuat kesan terhadap
sekolahan ini yang setidaknya sudah memberikan kita semua kenangan-kenangan indah di 6 tahun
belakangan ini. (dengan semangat berkobar-kobar).
Hal itu membuat kawan-kawannya akhirnya memperdulikan Mawar.
Bukan karena simpati dengan apa yang dikatakan oleh Mawar, melainkan apa yang
dilakukan Mawar untuk memberitahukannya itu. Teriak-teriaknya itu loh.
Aduuuuh.... (nepok jidat, meriksa jidat
masih ada atau enggak).
Disinilah terjadi peristiwa bersejarah dalam hidup gue. Saat
seorang kawan gue (sebut saja Parjan) mengemukakan idenya tentang aara
perpisahan sekolah ini. (sayang nya
Parjan dan Mawar itu mirip mirip gitu, jadinya yaah..... begitulah).
Parjan : Baiklah. Bagaimana kalo perpisahan sekolah nanti,
para cowok akan bermain Band. Dan aku akan menjadi vokalis nya.
Mananggapi pendapat Parjan, para cowok pun memberi
komentarnya masing masing.
Gue : Oke, gue akan jadi Cheerleader karena itu kemampuan
gue.
Alex : Gue aja yang jadi heerleader, gue lebih hebat dari
elo.
Gue: Apaan sih lo ngaku ngaku lebih hebat dari gue ?
(kemudian kami
berantem, jambak jambakan)
Kemudian Ruli sebagai ketua kelas melerai dan memberi saran
posisi seenak udelnya.
Ruli : Heh kalian berhenti berantem. Aku ada ide yang lebih
baik. Budi, kamu jadi Bass. Parjan jadi Vokalis. Garin jadi Drum. Dan Alex jadi Cheerleader
nya. Maaf Aji, memang Alex yang lebih baik dalam menjadi Cheerleader.
Alex tersenyum bahagia saat tau dialah yang jadi Cheerleader.
Dan gue, lagi lagi hanya bisa guling-guling dipojokan kelas. Dan Ruli yang
sedih liat gue gak jadi apa-apa itu pun menunjuk gue buat jadi Gitaris. Dan gue
pun Senang tak terhalang dengar Ruli bilang itu.
Ada masalah saat pembentukan Band ini. Yaaah, kami gak ada
yang bisa main alat musik. (band macam
apa ini.). Mungkin hanya garin yang bisa bermain, karena basic nya dia yang
merupakan pemain ketipung di campursari desa gue.
Tapi akhirnya dengan modal gue bisa kunci A minor dan E
minor yang dulu pernah diajari kakak gue dan dengan buku gitar yang harganya Rp
8.000 , gue nekat aja ngelanjutin usaha
bikin Band ini. Dan dengan bantuan kakak gue pula Budi bisa main Bass.
Dan latihan selama 2 bulanan, akhirnya kami bisa bermain
band dan menyanyikan satu buah lagu dengan tanpa pingsan ditengah jalan. Ya
walaupun gue kencing dicelana sih, tapi kami berhasil.
Ya kurang lebih begitulah awal-awal gue main gitar. Aneh
sih. Ya namanya aja Aji. . . . .